Pengelola Blog ESemA
Email : indolocavore (at) gmail.com
“Penerbitan buku tahunan sekolah, surat kabar sekolah sampai media digitalnya, semuanya hanyalah sarana. Kendaraan. Tujuannya yang penting. Klas jurnalisme untuk siswa sekolah menengah atas mengajar para siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi, mempersiapkan mereka mampu mengendalikan stres, membuka peluang mereka untuk bisa bekerja sama dalam tim, memenunhi tenggat, terampil memecahkan masalah, menulis, memotret, dan melakukan penyuntingan”
Ucapan Betsy Pollard Rau, mantan pengajar jurnalisme dari Michigan, Amerika Serikat, rasanya penting untuk dicamkan oleh peserta program Magang Kompas Muda 2018. Para peserta itu lajim disebut sebagai Magangers Batch X.
Perlu diketahui, sebagaimana diungkap di harian Kompas (8/6/2018), magang Kompas Muda adalah program sanggar karya jurnalistik untuk siswa SMA atau sederajat yang digelar setiap tahun oleh harian Kompas sejak 2008. Dalam progam yang berlangsung selama lima hari itu, para siswa dilatih menulis, memotret, dan mendesain Koran oleh para jurnalis professional harian Kompas. Tahun ini, jumlah pelamar 625 orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 400-an.
Edith Vanessa Christy (SMKN 48 Jakarta), Evira Dwi Anyelia (SMA 19 Jakarta), Felisitas Yessy Octaviana (SMA Santa Ursula Jakarta), Izky Fadhilah (MA Husnul Khotimah), Khalila Zahra Maharani (SMAN2 Cibinong), Maria Octaviana (SMAN 7 Tangerang Selatan), Maura Sekar Nadia (SMA Al-Izhar Pondok Labu Jakarta), Nadia Theresa Johari (SMA Athalia Tangerang Selatan), Neshati Laudza Rahmadian (SMN 2 Temanggung), Nita Khoerunnisa (SMK Link and Match Tangerang Selatan),
Regina (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), Reza Gribran Sudrajat (SMAN 23 Kabupaten Tangerang), Satrio Alif Febriyanto (MAN Insani Cendekia Serpong), Vanessa Kristina (SMA IPK BSD Serpong), Vincentius Ilo Prakoso (SMA Kolese de Brito Yogyakarta), Wisnu Ajie Rafiantoro (SMAN 98 Jakarta), Zelanya Lintang Litani Prasetya (SMAN 70 Jakarta).
Fotografer diikuti 8 peserta : Afif Darmawan (SMKN 1 Depok), Brigitta Karenza Anindhita (SMA Kolese Gonzaga Jakarta), Fanisa Maghfira ( SMAN 10 Bekasi), Felix Erasmus Arga (SMA Seminari Mertoyudan Magelang), Intania Ayumirza Farrahani Pratilima ( SMAN 3 Tangerang Selatan), Ikhwan Rhendy Saputro (SMKN 6 Kabupaten Tangerang), Jonathan Edrik (SMA Tarakanita Gading Serpong), Mohammad Raihan Aditama (SMAN 1 Wonosobo).
Desain grafis diikuti 8 peserta : Andi Rizky Widarto (SMAN 1 Tambun Selatan Bekasi), Eva Alicia Wijaya (IPEKA Integrated Christian School), Dheamyra Aysha Ihsanti (SMA 28 Jakarta), Jasmine Audrey (SMA Santa Ursula BSD Serpong), Joshua Imanuel Widyanto (SMK Bhakti Anindya Tangerang), Nailah Shabirah (SMAN 1 Depok), Rahma Maghfira Farid (SMAN 97 Jakarta), Sirilus Maximilian Maloring (SMA Seminari Mertoyudan Magelang).
Sebanyak 40 magangers itu ditunggu kehadirannya pada Senin, 2 Juli 2017, di Gedung Kompas Gramedia Lantai 5, Ruang Diklat Kompas, Jalan Palmerah Selatan Nomor 26-28 Jakarta Pusat. Magangers harus hadir jam 08.00 pagi.
Artikel terkait : Menanti Virus Rianita, Yohana dan Zakaria Mengamuk Di Sekolah-sekolah Kita
Tantangan kedepan. Program yang diadakan oleh harian Kompas ini terutama bukan ditujukan untuk mendidik calon-calon jurnalis di masa depan. Sebagaimana pendidikan jurnalisme di sekolahnya Betsy Pollard Rau, tercatat banyak siswanya berprestasi dan meraih penghargaan, memang ada beberapa yang terjun di kancah jurnalistik. Namun wawasan dan keterampilan yang telah mereka peroleh di kelas jurnalisme itu banyak diterapkan di pelbagai bidang profesi seperti sains, kedokteran dan bisnis.
Salah satu hal penting yang saya catat dari program magang ini, walau bisa dimaklumi mengingat Kompas sebagai pelaku bisnis pers, adalah terlalu “Kompas sentris.” Program magang ini bisa dimaknai sebagai kegiatan kehumasan Kompas, dan itu sah serta baik-baik saja, tetapi sepertinya kurang atau belum memiliki imbas yang berarti bagi sekolah-sekolah yang pesertanya mengikuti program tersebut. Yaitu imbas tumbuhnya budaya menulis (tentu saja termasuk budaya membaca) yang lebih berkembang, berkesinambungan dan marak, sesuai tuntutan dunia modern di sekolah-sekolah asal peserta.
Terlebih lagi bila dikaitkan bahwa kelas jurnalistik utamanya ditujukan untuk menggembleng calon-calon pemimpin masa depan yang terampil dan sebagai warga negara yang peduli. Yang lebih melek informasi, lebih empatik, dan terpanggil untuk ikut terlibat atas masalah yang dihadapi masyarakat dan bangsanya.
Sukses untuk semua peserta Magangers Batch X 2018. Saya menantikan karya-karya kalian, dan dengan senang hati saya akan ikut bagikan cerita-cerita prestasi Anda.
Tips :
(1) Berkat Internet, dunia makin sempit. Kita kini bisa terhubung dengan siapa saja. Merujuk hal itu, berprakarsalah untuk menyapa calon-calon teman barumu diprogram magang nanti, dengan menelusur masing-masing lewat sarana pencarian di Internet. Mungkin bisa ditemukan dari akun media sosial, atau mengontak lewat situs sekolah masing-masing. Sehingga saat ketemu pertama kali pada tanggal 2 Juli 2018 acara "ice breaking" antarpeserta akan menjadi lebih seru dan berwarna karena merasa sudah dekat satu sama lain.
Aksi sederhana ini dalam praktek jurnalisme bisa disebut sebagai aksi meriset nara sumber, kemudian melakukan pendekatan agar nara sumber tersebut terbuka kepada kita.
(2) Baca-bacalah pengalaman dan karya para seniormu. Yakni mereka yang telah mengikuti permagangan sebelum dirimu. Belajarlah dari keberhasilan mereka. Bahkan sebaiknya kalian jadikan sebagai salah satu jaringan pertemanan yang terus dibina. jaringan ini akan menimbulkan jiwa korsa, bahwa kalian memiliki alma mater yang sama.
Usahakanalah untuk membaca-baca buku atau informasi seputar jurnalisme, sejarah harian Kompas, buku atau situs panduan menulis berita, fotografi sampai desain. Materi tersebut akan sangat berguna. Sehingga kau tidak akan "blank" sama sekali dengan dunia jurnalisme yang akan akan kau terjuni selama 5 hari yang hebat itu.
(3) Siapkan kartu nama. Ya, kartu nama.Untuk sarana menggalang jaringan dan koneksi. Inilah kesempatan terbaik untukmu agar tidak nyaman terkungkung di bawah tempurung, yaitu semata mengenal dan bergaul dengan teman sebaya satu kelas dan satu sekolah. Hubungan dengan teman-teman seperjuangan dalam program magang ini harus terus dipupuk di masa depan.
(4) Juga bawalah selalu bloknot. Kemana pun kau pergi. Taruh di dekat tempat tidurmu. Catatlah semua hal yang terjadi, sebelum, selama dan sesudah program magang berlangsung. Catatan itu berharga untuk bahan tulisan tersendiri. Ya, kamu harus terus menulis walau program magang sudah berakhir. Misalnya, menulis di blog.
Jadikan catatan itu sebagai bahan untuk menulis buku harian. Betul, kau harus punya buku harian dan berusaha mengisinya setiap hari. Kalian akan merasakan manfaat besarnya di masa datang, saat berkuliah sampai meniti karier nanti.
(5). Mengajarlah. Bagikan segala pengetahuan yang kalian peroleh selama magang, baik suka atau pun duka, kepada rekan dan adik-adik kelasmu. Jadikan dirimu sebagai inspirasi mereka untuk terus belajar dan menekuni aktivitas menulis dan membaca.
Untuk menambah wawasan tentang dunia tulis-menulis, silakan baca :
Taylor Swift, Budaya Mencatat Bangsa Jepang dan Video Keren Tarakanita.
NoRiYu, Penentangan Sang Ibu, Starpura dan Suksesnya Sebagai Psikiater dan Penulis