Selasa, 27 Februari 2018

NoRiYu, Penentangan Sang Ibu, Starpura dan Suksesnya Sebagai Psikiater dan Penulis

Oleh : Bebe Haryanto
Pengelola blog ESemA
Email : indolocavore (at) gmail.com



Nova Riyanti Yusuf
Hot dan Harvard. Itulah dua kata yang ikut muncul di antara kata-kata lainnya yang mengiringi nama ketika saya memasukkan nama “nova riyanti yusuf” dalam mesin pencari Google saat ini.

Untuk kata “hot,” silakan Anda buktikan sendiri. Sementara paparan lanjut dari kata “harvard” itu bisa membuat alumnus sekolah homogen SMA Tarakanita 1 Jakarta berbangga, demikian juga seluruh bangsa Indonesia. Karena si empunya nama tersebut pada 1 April 2015 didaulat menjadi pembicara dalam seminar Women, Politics, and Mental Health Law in Indonesia di Harvard Kennedy School, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.

Nova RiyantiYusuf, kelahiran Palu, 27 November 1977, adalah seorang psikiater Indonesia, penulis terkenal, dan politisi muda perempuan. Majalah Her World Indonesia menamainya "Perempuan Paling Kuat 2014." Pada bulan Desember 2009, dia menduduki peringkat ke-3 pilihan majalah Globe Asia sebagai "Wakil Rakyat Paling Berpengaruh.” 

Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR RI yang bertanggung jawab untuk kesehatan, ketenagakerjaan, dan urusan kependudukan. Pada tahun 2015 tersebut dirinya menjadi ilmuwan tamu di Departemen Kesehatan Global dan Pengobatan Sosial, Harvard Medical School.

Ditentang Sang Ibu. Kariernya yang cemerlang itu merupakan hasil kompromi antara cita-cita NoRiYu, panggilan populernya, untuk menjadi penulis, sementara sang ibu menentangnya. Dia menulis di Selasar, “awal kegelisahan saya dengan zaman Orde Baru adalah pada saat saya mempunyai minat menulis yang begitu besar dan bersiap mendaftar ke Stanford University, kemudian ibu saya mencegah karena kamu akan sulit hidup." 

Lanjut NoRiYu, “Ada dua hal yang saya pelajari dari larangan keras tersebut. Ibu saya tidak pernah memproyeksikan bahwa saya akan hidup sebagai perempuan yang bergantung secara finansial kepada laki-laki. Secara tidak langsung, ibu menyiratkan bahwa menjadi penulis di zaman Orde Baru akan erat dengan "susah income". 

Karena kebebasan ekspresi tidak ada semasa SMP, Noriyu menuliskan cerpen dalam bahasa Inggris dengan pensil, kemudian dibantu teman menuliskan dengan lebih rapi disertai ilustrasi-ilustrasinya, dan beberapa lembar kertas tersebut menjadi asupan teman secara terbatas.

“Isi cerita saya sudah nyeleneh,” ungkapnya,  “makin tidak mungkin lagi bisa berkembang dalam era Orde Baru. 

Kemudian semasa SMA, 1992-1995, NoRiYu aktif menjadi editor majalah sekolahnya, SMA Tarakanita 1 Jakarta, Starpura (Suara Tarakanita Pulo Raya), dan disebutnya dirinya memasuki fase "mungkin depresi" karena walau pun dirinya memilih jurusan A1 (Fisika) dia kekeuh ingin kuliah Creative Writing di Stanford. 

Jalan hidup. Kearifan akhirnya menuntun dirinya. “Karena tidak mau membuat ibu saya sedih, saya pun memilih sekolah Fakultas Kedokteran (Universitas Trisakti) last minute saja. Bahkan sempat menantang diri, kalau semester satu saya jeblok, ya, artinya memang bukan ini jalan hidup saya. Ternyata, jalan hidup saya memang menghantarkan saya menjadi dokter dan spesialis kedokteran jiwa.”

Semasa kuliah NoriYu mendirikan media komunikasi KOMET (Komunikasi Medikal Trisakti) dan sempat menjadi Pemimpin Redaksinya.

Sekarang NoRiYu bertugas sebagai dokter jiwa (psikiater) yang bertugas di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan (Grogol-Jakarta). 

NoRiYu telah menerbitkan 12 karya berupa novel, antara lain Mahadewa Mahadewi  yang pada tahun 2003 terbit secara independen yang kemudian hak penerbitan diambil alih oleh Gramedia Pustaka Utama.  

NoriYu juga menulis skenario film layar lebar, sampai kumpulan esai yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan Gagas Media. NoRiYu diprofilkan dalam koran The New York Times (AS) pada rubrik The Saturday Profile tanggal 22 Oktober 2016.

Siapakah kalian yang ingin menjejaki atau meneladani pilihan karier ganda yang cemerlang seperti dirinya ?

Daftar alumnus SMA Tarakanita 1 yang pernah berkecimpung dalam pengelolaan majalah sekolah Starpura : ArumiZanira | Belinda Heimbach | DeyaOktarissa | Endang Setiowati Hoetomo | Gladys Samosir | Klara Maria Dara Caturningsih | Nataya Kusuma | Yosephine Dwi Eka Iksam |