Selasa, 01 Juli 2014

Iwan Pranoto : “Pendidikan harus membuat siswa senang. Siswa harus sampai kasmaran belajar”


Jakarta, Kompas - Pendidikan pada masa depan seharusnya disiapkan dengan semangat menjadikan warga negara pembelajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan diagendakan dengan fokus kesetaraan, kualitas dan pembelajaran.

Prof. Iwan Pranoto, Ph.D.
Pendidikan sepanjang hayat menjadi agenda baru dunia. Agenda baru itu diterapkan setelah target pendidikan untuk semua dalam Tujuan Pembangunan Milenium berakhir 2015.

Guna mencapai tujuan pendidikan sepanjang hayat, dibutuhkan guru-guru profesional dan berkualifikasi. Selain  itu, para guru perlu didukung dengan baik lewat pendidikan, pelatihan, dan perlindungan untuk mencapai target pendidikan sepanjang hayat ini.

Tantangan dunia pendidikan tak sekadar membuat anak-anak usia sekolah berada di sekolah dan belajar, tetapi juga menyediakan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi pemuda dan orang dewasa sepanjang hidup mereka.

Hak  asasi

“Inilah visi kuat dari pendidikan sebagai hak asasi manusia, sama halnya untuk kesetaraan gender, sebagai penggerak untuk mengurangi kemiskinan. Hal ini juga untuk pembangunan berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova.

Visi pendidikan dunia setelah 2015 tertuang dalam Perjanjian Muskat untuk menggantikan Pendidikan Untuk Semua. Visi tersebut diharapkan menjadi acuan dalam kebijakan pendidikan di negara-negara yang telah mengadopsi pendidikan untuk semua, termasuk Indonesia.

Kebijakan pendidikan itu meliputi pendidikan dan pengasuhan anak usia dini, pendidikan dasar, literasi pemuda dan orang dewasa, keterampilan untuk bekerja dan hidup, nilai-nilai dan sikap yang menjunjung perdamaian, kewarganegaraan  global, serta pembangunan berkelanjutan.

Pendidikan pada masa depan harus dijamin yang setara dan inklusif berkualitas serta belajar sepanjang hayat. Untuk itu, komitmen politik dan dukungan pendanaan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan itu sangat diperlukan.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Sekolah Rumah dan pendidikan Alternatif (Asahpena) Budi Trikorayanto, mengatakan bahwa pendidikan tidak terbatas di sekolah atau pendidkan formal. Pendidkan informal dan nonformal perlu didukung agar semangat belajar sepanjang hayat tercipta lewat jalur pendidikan mana pun.

“Jadi bukan hanya pendidikan formal yang didukung. Pendidikan informal dan nonformal harus juga dibantu untuk berkembang dengan kualitas yang baik, jangan dihambat atau dipersulit,”kata Budi Trikorayanto, di Jakarta, Senin (30/6/2014).

Minat belajar

GuruBesar Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto mengatakan, pendidikan sepanjang hayat dapat terwujud jika ada rasa senang belajar. Pendidikan di sekolah yang sarat hafalan, berpikir tingkat rendah, dan sulit diaplikasikan dalam kehidupan membuat siswa tidak kreatif dan inovatif.

“Pendidikan harus membuat siswa senang. Siswa harus sampai kasmaran belajar. Dengan demikian, seseorang mampu belajar dengan motivasi dari dalam dirinya, sepanjang hidup,” kata Iwan (ELN).
Sumber : 

“Pembelajaran : Pendidikan Sepanjang Hayat Jadi Agenda,” Kompas, 1 Juli 2014.