Calon-calon pemimpin masa depan harus disiapkan mulai dari
bangku sekolah. Latihan kepemimpinan menjadi salah satu cara untuk mendorong
anak-anak menjadi calon pemimpin. Latihan kepemimpinan sebaiknya juga mengenalkan siswa pada
keragaman di Indonesia.
Tautan terkait : Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah menjadi Ketua OSIS saat bersekolah di SMA Negeri 3 Semarang
Tautan terkait : Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah menjadi Ketua OSIS saat bersekolah di SMA Negeri 3 Semarang
Dengan berbagai latar belakang agama, suku, ras dan asal daerah, diharapkan para calon pemimpin melebur dalam pertemanan yang terbentuk melalui sejumlah latihan. Saat menerima lebih dari 270 siswa peserta Kawah Kepemimpinan Pelajar di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/5/2018),
Presiden
Joko Widodo mengajak anak-anak berkeliling istana sembari menceritakan sejarah
gedung tersebut. Presiden Jokowi sekaligus menunjukkan aktivitas yang ada di Istana.
Tour di Istana Bogor, tambah
Presiden, dilakukan agar anak-anak bangga dan merasa memiliki. Tak hanya itu,
interaksi antarsiswa dengan latar belakang berbeda diharapkan membuat siswa
memahami keberagaman Indonesia sebagai anugerah.
“Semua harus menyadari itu dan dimulai dari anak-anak kita,”
kata Presiden. Turut mendampingi Presiden beberapa menteri, seperti Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Menteri Pemuda dan Olahraga
Imam Nahrawi dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Acara ini bukan untuk
pertama kalinya dilakukan Presiden dengan menemui siswa para calon pemimpin. Pada
2015, peserta latihan juga diterima Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.
Mendikbud menjelaskan, anak memang harus disiapkan sejak
dini untuk menjadi pemimpin masa depan. Model latihan ini sekaligus membuka
jejaring siswa bertemu dengan teman-teman sebayanya dari berbagai wilayah di
Indonesia.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Hamid Muhammad
menambahkan, program yang disebut Kawah Kepemimpinan Pelajar dimulai pada
pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Namun, program ini
hanya melanjutkan seleksi berjenjang dari siswa-siswa yang sudah mendapat
latihan kepemimpinan dasar di
sekolah-sekolah. Setiap provinsi mengirimkan delapan siswa perwakilan untuk
mengikuti acara ini.
Titin Juniar Wulandari (15), siswa SMA 1 Bayan, Lombok, Nusa
Tenggara Barat, misalnya,merasakan betul perubahan dalam dirinya setelah
mengikuti kawah kepemimpinan. Kalau dulu ingin menjadi anggota satuan polisi
pamong praja, sekarang dia bercita-cita menjadi menteri. Titin baru pertama
kali ke Ibu Kota dan Kota Bogor. Sebelumnya, tak terbayangkan ia bisa menapaki
Ibu Kota, bahkan masuk Istana dan bertemu dengan Presiden.
Saat berdialog dengan sejumlah siswa, Presiden Jokowi
mengingatkan, pemimpin selain memberikan semangat,dorongan, inspirasi, dan
teladan, juga harus bisa mengayomi. (Sumber : Kompas, 4 Mei 2018/INA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar