Jakarta, Kompas - Pendidikan pada masa depan seharusnya
disiapkan dengan semangat menjadikan warga negara pembelajar sepanjang hayat.
Oleh karena itu, kebijakan pendidikan diagendakan dengan fokus kesetaraan,
kualitas dan pembelajaran.
![]() |
Prof. Iwan Pranoto, Ph.D. |
Pendidikan sepanjang hayat menjadi agenda baru dunia. Agenda
baru itu diterapkan setelah target pendidikan untuk semua dalam Tujuan
Pembangunan Milenium berakhir 2015.
Guna mencapai tujuan pendidikan sepanjang hayat, dibutuhkan
guru-guru profesional dan berkualifikasi. Selain itu, para guru perlu didukung dengan baik
lewat pendidikan, pelatihan, dan perlindungan untuk mencapai target pendidikan
sepanjang hayat ini.
Tantangan dunia pendidikan tak sekadar membuat anak-anak
usia sekolah berada di sekolah dan belajar, tetapi juga menyediakan kesempatan
pendidikan dan pelatihan bagi pemuda dan orang dewasa sepanjang hidup mereka.
Hak asasi
“Inilah visi kuat dari pendidikan sebagai hak asasi manusia,
sama halnya untuk kesetaraan gender, sebagai penggerak untuk mengurangi
kemiskinan. Hal ini juga untuk pembangunan berkelanjutan,” kata Direktur
Jenderal UNESCO Irina Bokova.
Visi pendidikan dunia setelah 2015 tertuang dalam Perjanjian
Muskat untuk menggantikan Pendidikan Untuk Semua. Visi tersebut diharapkan
menjadi acuan dalam kebijakan pendidikan di negara-negara yang telah mengadopsi
pendidikan untuk semua, termasuk Indonesia.
Kebijakan pendidikan itu meliputi pendidikan dan pengasuhan
anak usia dini, pendidikan dasar, literasi pemuda dan orang dewasa, keterampilan
untuk bekerja dan hidup, nilai-nilai dan sikap yang menjunjung perdamaian,
kewarganegaraan global, serta
pembangunan berkelanjutan.
Pendidikan pada masa depan harus dijamin yang setara dan
inklusif berkualitas serta belajar sepanjang hayat. Untuk itu, komitmen politik
dan dukungan pendanaan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk
mencapai tujuan pendidikan itu sangat diperlukan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Sekolah Rumah dan pendidikan
Alternatif (Asahpena) Budi Trikorayanto, mengatakan bahwa pendidikan tidak terbatas
di sekolah atau pendidkan formal. Pendidkan informal dan nonformal perlu
didukung agar semangat belajar sepanjang hayat tercipta lewat jalur pendidikan
mana pun.
“Jadi bukan hanya pendidikan formal yang didukung.
Pendidikan informal dan nonformal harus juga dibantu untuk berkembang dengan
kualitas yang baik, jangan dihambat atau dipersulit,”kata Budi Trikorayanto, di
Jakarta, Senin (30/6/2014).
Minat belajar
GuruBesar Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto
mengatakan, pendidikan sepanjang hayat dapat terwujud jika ada rasa senang
belajar. Pendidikan di sekolah yang sarat hafalan, berpikir tingkat rendah, dan
sulit diaplikasikan dalam kehidupan membuat siswa tidak kreatif dan inovatif.
“Pendidikan harus membuat siswa senang. Siswa harus sampai
kasmaran belajar. Dengan demikian, seseorang mampu belajar dengan motivasi dari
dalam dirinya, sepanjang hidup,” kata Iwan (ELN).
Sumber :
“Pembelajaran : Pendidikan Sepanjang Hayat Jadi Agenda,”
Kompas, 1 Juli 2014.